15 Pahlawan Indonesia Wanita yang Memiliki Peran Penting – Sejarah Indonesia yang diisi oleh masa kolonialisme tidak lepas dari kontribusi besar para pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan bangsa. Tak hanya kaum pria, namun banyak juga wanita yang tampil berani dan gagah dalam perjuangan tersebut.
Para pahlawan Indonesia wanita ini tidak hanya berperan dalam melawan penjajahan, tetapi juga memperjuangkan hak-hak perempuan. Pahlawan wanita Indonesia yang ikut berjuang melawan kolonialisme jumlahnya sangat banyak. Siapa saja mereka? Simak daftar dan profil singkatnya di bawah ini.
Daftar Isi
15 Pahlawan Wanita Indonesia
Pahlawan wanita Indonesia merupakan perempuan-perempuan yang memberikan kontribusi luar biasa dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan negara. Mereka tidak hanya terlibat dalam perlawanan terhadap penjajahan, tetapi juga memperjuangkan hak-hak perempuan serta berperan penting dalam bidang pendidikan dan pembangunan bangsa. Berikut ini beberapa pahlawan Indonesia wanita:
1. Christina Martha Tiahahu
Yaitu mendampingi ayahnya, Kapitan Paulus Tiahahu, yang merupakan salah satu pemimpin perjuangan di wilayah tersebut. Bersama para pejuang lainnya, Christina berhasil berhasil menguasai benteng Beverwijk yang terletak di Maluku, sebuah pencapaian besar dalam perlawanan melawan penjajah.
Baca juga: Urutan Presiden Indonesia dan Wakilnya dari Masa ke Masa
Namun, setelah pertempuran sengit, Christina dan pasukannya akhirnya ditangkap oleh tentara Belanda. Meski masih sangat muda, ia menunjukkan keberanian dan semangat juang yang luar biasa. Christina Martha Tiahahu wafat pada 2 Januari 1818, hanya beberapa hari sebelum memasuki usia 18 tahun.
Menurut cerita, sebelum meninggal, ia jatuh sakit dan memilih untuk menolak makanan serta obat yang diberikan oleh pihak kolonial, sebagai bentuk perlawanan terakhir terhadap penjajah yang telah menindas bangsanya.
2. Nyi Ageng Serang
Setelah kematian ayahnya, Nyi Ageng Serang mengambil alih kepemimpinan di wilayah Serang dan memimpin pasukannya dengan sangat tangguh. Ia terkenal karena keberaniannya dalam memimpin serangan-serangan gerilya terhadap pasukan Belanda.
Strategi gerilya yang digunakan oleh Nyi Ageng Serang sangat efektif, mengingat medan yang sulit dan keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Beliau tidak hanya bertekad untuk mempertahankan wilayahnya, tetapi juga melawan kebijakan kolonial yang menindas rakyat.
Kepemimpinan Nyi Ageng Serang menjadi simbol kekuatan perempuan dalam perlawanan, serta dedikasi tanpa henti terhadap tanah air dan rakyatnya.
3. RA Kartini
Raden Ajeng Kartini merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah perjuangan emansipasi perempuan di Indonesia. Lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan.
Ia percaya bahwa salah satu cara terbaik untuk mengangkat derajat perempuan adalah melalui pendidikan yang setara dengan laki-laki. Dalam surat-suratnya yang terkenal, Kartini sering menulis tentang pentingnya hak pendidikan bagi perempuan. Karena ia menyadari bahwa ketidaksetaraan gender di masyarakat Indonesia sangat erat hubungannya dengan tidak diberikannya akses perempuan terhadap pendidikan.
Kartini mendirikan sekolah untuk perempuan di Jepara sebagai upaya konkret untuk mewujudkan cita-citanya tersebut. Ia juga mengajarkan nilai-nilai keadilan, persamaan hak, dan kesempatan bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan politik.
Perjuangan Kartini yang gigih terhadap hak-hak perempuan menjadikannya sebagai tokoh utama dalam gerakan emansipasi wanita di Indonesia. Meskipun ia meninggal pada usia yang sangat muda, 25 tahun, pada 17 September 1904, warisan perjuangannya tetap hidup dan menjadi inspirasi bagi generasi-generasi berikutnya.
4. Cut Nyak Dien
Setelah suami gugur dalam pertempuran pada tahun 1878, Cut Nyak Dien bersumpah untuk hanya menerima pinangan dari pria yang bersedia membantu membalaskan kematian suami tercinta. Pada tahun 1880, ia menikah kembali dengan Teuku Umar, seorang pemimpin perang yang juga berjuang melawan penjajahan Belanda.
Sejak saat itu, Cut Nyak Dien berdiri bersama suaminya dalam berbagai pertempuran untuk mempertahankan tanah air. Mereka berdua menjadi kekuatan besar dalam perlawanan terhadap penjajah. Namun pada akhirnya, ia ditangkap dan diasingkan ke daerah Sumedang, di mana ia menghembuskan napas terakhirnya.
5. Cut Nyak Meutia
Setelah mengikuti wasiat suaminya, Cut Nyak Meutia menikah dengan Pang Nagroe dan kembali melanjutkan perjuangannya melawan Belanda. Bersama suami barunya, ia terus berjuang dalam berbagai pertempuran hingga akhir hayatnya, tidak pernah menyerah pada penjajah.
6. HR Rasuna Said
Rasuna Said memulai perjuangannya dengan bergabung di Sarekat Rakyat. Serta aktif dalam organisasi Soematra Thawalib dan mendirikan Persatoean Moeslimin Indonesia (PERMI) pada tahun 1930 di Bukittinggi. Ia juga mendirikan Sekolah Thawalib di Padang yang fokus pada pendidikan untuk perempuan muda.
Selain itu, Rasuna Said menggunakan pidato-pidatonya untuk mengecam penjajahan Belanda, yang menyebabkan ia beberapa kali dihukum oleh pemerintah kolonial. Perjuangannya tidak berhenti di situ; ia juga menjadi pemimpin redaksi Majalah Raya. Mendirikan Organisasi Pemuda Nippon Raya di Padang, dan aktif dalam Badan Penerang Pemuda Indonesia serta Komite Nasional Indonesia, berjuang untuk kemerdekaan dan hak-hak rakyat Indonesia.
7. Fatmawati
Fatmawati, yang lahir pada 15 Februari 1923 di Pasar Padang, Bengkulu, adalah pahlawan Indonesia wanita yang berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ayahnya, Hassan Din, adalah tokoh Muhammadiyah di Bengkulu, sementara ibunya, Siti Chadijah, mendukung penuh semangat perjuangan keluarga.
Fatmawati menikah dengan Soekarno pada tahun 1943 dan ikut berperan langsung dalam revolusi kemerdekaan. Salah satu kontribusinya yang paling dikenal adalah menjahit sendiri bendera merah putih yang pertama kali dikibarkan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Bendera pusaka yang ia buat kini disimpan di Monumen Nasional (Monas) sebagai simbol perjuangan. Selain mendampingi Soekarno di masa-masa sulit setelah kemerdekaan, Fatmawati juga berupaya memperjuangkan peran perempuan dalam pemerintahan. Yang terlihat dengan menarik sejumlah perempuan sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), membuka jalan bagi keterlibatan lebih besar perempuan dalam politik Indonesia.
8. Andi Depu
Baca juga: Sejarah Lagu Indonesia Raya Lirik Lengkap 3 Stanza dan Penciptanya
Andi Depu mendirikan laskar Kebaktian Rahasia Islam Muda (KRIS Muda) yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui pergerakan anti-kolonialisme. Pada masa pendudukan Jepang, KRIS Muda berhasil merampas senjata milik penjajah dan mengibarkan bendera Merah Putih, sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajah.
Andi Depu adalah salah satu tokoh yang berperan dalam memotivasi dan memimpin perlawanan di wilayah Sulawesi Barat, memberikan kontribusi besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
9. Dewi Sartika
Melalui perjuangan ini, Dewi Sartika bertekad untuk memberikan kesempatan yang sama dalam pendidikan bagi perempuan, yang pada waktu itu sangat terbatas. Selain itu, Dewi Sartika juga menulis artikel berjudul De Inlandsche Vrouw (Wanita Bumiputera) yang mengkritik ketidakadilan terhadap perempuan dalam hal pendidikan dan pekerjaan.
Dalam tulisannya, ia memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki, sebagai langkah menuju emansipasi perempuan.
10. Maria Walanda Maramis
Namun, ia merasa kurang puas dengan pendidikan yang diterimanya dan mulai bergaul dengan orang Belanda untuk memperdalam ilmunya. Maramis berteman dengan seorang pendeta yang kemudian menginspirasinya untuk memperjuangkan pendidikan perempuan di Minahasa.
Pada tahun 1917, ia mendirikan organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT), yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan perempuan, khususnya dalam hal berumah tangga. Dengan bantuan suaminya yang seorang guru, Maramis juga mendirikan Huishoudschool PIKAT pada tahun 1918, sebuah sekolah yang mengajarkan keterampilan rumah tangga bagi perempuan muda.
Pada tahun 1932, ia membangun Sekolah Kejuruan Putri sebagai bagian dari upayanya untuk meningkatkan kualitas pendidikan perempuan di Indonesia.
11. Nyai Ahmad Dahlan
Selain mendukung suaminya dalam mengembangkan Muhammadiyah, Nyai Ahmad Dahlan juga aktif dalam berbagai diskusi mengenai peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan. Termasuk berbicara dengan Jenderal Soedirman dan Presiden Soekarno.
Pada tahun 1914, ia memprakarsai pendirian perkumpulan Sopo Tresno, sebuah organisasi yang fokus pada dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan Islam. Ia juga membangun asrama putri di rumahnya untuk memberikan tempat tinggal dan pendidikan bagi perempuan, terutama dalam bidang agama dan keterampilan sosial.
Melalui langkah-langkah ini, Nyai Ahmad Dahlan berkontribusi besar terhadap upaya meningkatkan peran perempuan dalam masyarakat dan dakwah Islam di Indonesia.
12. Siti Rohana
Sebagai bentuk dedikasinya, Rohana mendirikan surat kabar Soenting Melajoe pada tahun 1924, yang menjadi wadah bagi perempuan untuk menyalurkan pemikiran dan gagasan mereka. Selain itu, ia juga mendirikan sekolah putri untuk memberikan pendidikan keterampilan bagi perempuan, agar mereka memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi.
Atas jasa-jasanya yang luar biasa, Rohana Kudus dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2019 melalui Surat Keputusan Kementerian Sosial Nomor 555/3/PB/.05.01/11/2019 yang diterbitkan pada 7 November 2019.
13. Ratu Kalinyamat
Ratu Kalinyamat berhasil membangun kekuatan maritim yang kuat, yang membuatnya dihormati dan ditakuti oleh penjajah. Kepemimpinannya yang tegas dan penuh keberanian menjadi salah satu simbol perlawanan terhadap penjajahan di wilayah pesisir utara Jawa.
14. Laksamana Malahayati
Salah satu prestasi besar Malahayati adalah kepemimpinannya dalam pertempuran melawan kapal dan benteng Belanda pada tahun 1599, yang mengukuhkan namanya sebagai Laksamana. Malahayati gugur pada tahun 1615 saat sedang memimpin pasukannya untuk melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis. Namun perjuangannya tetap dikenang sebagai simbol keberanian dan patriotisme perempuan Aceh.
15. Opu Daeng Risadju
Perjuangan Opu Daeng Risadju dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia menginspirasi banyak orang dan menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah perlawanan rakyat Indonesia.
Itulah sekilas tentang beberapa pahlawan wanita Indonesia yang berjuang keras untuk kemerdekaan Indonesia, baik selama masa penjajahan maupun setelah proklamasi kemerdekaan.
Dan untuk Anda yang ingin mendapatkan update terpercaya seputar News, Movie, Education, Otomotif, Electronic, Interior, Lifestyle, Finance, Beauty, Internet, Travel, Health dan Food, Anda dapat terus pantau toprankmedia.id . Disini, kami selalu menyajikan informasi terkini dan terpercaya yang pastinya bermanfaat bagi Anda. Jangan lewatkan konten menarik lainnya hanya di toprankmedia.id !