Site icon Toprank Media

DJ Panda Kena Cancel Culture, Buntut Kontroversi Erika Carlina Hamil?

dj panda

“Kenapa jadi ngarah ke gue?”- Begitu reaksi pertama DJ Panda ketika namanya mulai diseret-seret ke tengah badai drama kehamilan Erika Carlina. Sepintas, ini terdengar seperti kalimat defensif biasa. Tapi dari sanalah semuanya jadi bola salju: makin besar, makin liar, dan makin tak terkendali. DJ Panda, yang tadinya sibuk memutar remix dan lempar beat di panggung klub malam, kini justru sedang jadi headline tanpa satu lagu pun diputar.

Dan satu hal yang pasti: ini bukan tentang musik lagi, ini sudah jadi soal narrative.

Karier DJ Panda Terseret Arus Cancel Culture

Cancel yang terjadi pada DJ Panda atau sosok asli yang bernama Giovanni Surya Saputra awalnya, hanya spekulasi.

Erika Carlina muncul di podcast, mengaku sudah sembilan bulan hamil, dan boom—netizen langsung bergerak layaknya detektif digital. Siapa ayahnya? Petunjuk diarahkan ke DJ Panda, mantan terakhir Erika. Tak ada klarifikasi, tak ada konfirmasi. Yang ada hanyalah satu story ringan: “Kenapa jadi ngarah ke gue?”.

Sayangnya, di era digital, diam bisa lebih bising dari kata-kata. Netizen pun menafsirkannya sebagai pengakuan tak langsung dan saat itulah, keran cancel culture dibuka.

Dan sebelum isu meledak, Juli–Agustus 2025 adalah jadwal padat bagi DJ Panda. Tapi setelah namanya jadi sorotan, deretan klub malam mulai urung menaunginya:

Pengumuman resmi mereka berkisar pada alasan “tindakan preventif”, “perlindungan reputasi brand”, dan “kenyamanan tamu”. Tapi jelas: reputasi DJ Panda merosot hanya dalam hitungan hari.

Ya! seperti efek domino yang jatuh satu per satu, klub malam mulai menarik diri. Dari Jakarta, Surabaya, hingga Samarinda, jadwal DJ Panda dibatalkan tanpa tedeng aling-aling.

Tembak Langit Club, Radar Space, Brexit Jakarta, hingga The Venus Palembang semuanya satu suara: “Maaf, ini langkah preventif.”
Yang paling keras? The Venus:

“Tidak hari ini, tidak besok, bahkan di universe lain pun tidak.”

Terlalu? Mungkin. Tapi ini gambaran nyata bagaimana dunia hiburan sekarang tak hanya soal talent, tapi juga soal reputasi yang lincah di media sosial.

Dunia maya punya aturan mainnya sendiri: cukup dengan korelasi, netizen bisa membentuk asumsi kolektif. Dan asumsi di dunia digital, seringkali lebih cepat dari klarifikasi.

Cancel culture bekerja seperti pengadilan rakyat. Ada opini, ada emosi, dan tentu… tak selalu ada ruang untuk menunggu bukti.

Baca Juga: Erika Carlina Ngaku Hamil, DJ Panda Terduga Jadi Ayah Biologisnya?

Nama Nathalie Holscher Ikut Terseret, Karena Konten Mock Up 

Disisi yang lain, masalah kian pelik ketika video lawas DJ Panda dan Nathalie Holscher muncul ke permukaan.

Dalam video itu, Nathalie cosplay jadi ibu hamil sambil nge-DJ, mungkin maksudnya bercanda. Tapi waktu tayangnya yang berdekatan dengan pengakuan Erika Carlina Hamil bikin suasana jadi… ya, tidak ideal.

Nathalie langsung kena imbas. Kolom komentarnya dibanjiri kritik, lalu buru-buru klarifikasi dan cancel project bareng DJ Panda.

“Konten itu dibikin sebelum podcast Erika keluar, dan idenya spontan aja. Tapi sekarang gue udah cancel project ini!”
— Nathalie Holscher

Pernyataan tersebut dilansir dari potongan short/reels yang berterbaran di dunia maya. Lucu yang salah timing bisa berubah jadi bumerang.

Antara Karma Sosial dan Ketimpangan Perspektif

Sebagian netizen mulai mempertanyakan: apakah adil hanya DJ Panda yang jadi sasaran?

Apakah ini bentuk karma sosial yang sah, atau sekadar pelampiasan massa digital pada isu sensasional? Dan jika memang bersalah, bukankah ada proses hukum, bukan hanya pengadilan opini?

Yang bikin lebih rumit: DJ Panda sempat bungkam. Namun akhirnya ia buka suara lewat unggahan klarifikasi di media sosial pribadinya pada 21 Juli 2025.

Dalam klarifikasinya, DJ Panda mencoba menjelaskan duduk perkara, meskipun warganet menilai penjelasannya masih “ngalor-ngidul” dan terkesan menghindar. Meski begitu, di akhir pernyataannya, ia tetap mengakui bahwa ada kekeliruan dalam sikapnya.

Dalam dunia yang haus narasi, keterlambatan dan ketidakjelasan klarifikasi justru jadi bahan bakar empuk untuk berkembangnya gosip.

Apa Selanjutnya yang Mungkin Dihadapi DJ Panda?

Satu yang pasti, saat DJ Panda memutar lagu lagi di klub (jika masih ada yang bersedia mengundangnya), panggung itu tidak akan sama.

Ia tak hanya membawa turntable dan headphone, tapi juga jejak narasi publik yang belum selesai. Cancel culture bukan sekadar tentang benar atau salah, tapi tentang siapa yang bicara, siapa yang diam, dan siapa yang dikuasai persepsi. Dan ini belum berakhir.

Baca Juga: Pacar Erika Carlina: Bravyson, Siapa Sosok DJ Ini Sebenarnya?

Kesimpulan: Sambil Ngopi Kontrovesi DJ Panda

Cancel culture adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia menekan akuntabilitas di tengah selebritas yang sering sulit disentuh hukum. Tapi di sisi lain, ia bisa jadi alat tekan massal tanpa proses, tanpa kejelasan, dan sering kali tanpa ampun.

DJ Panda adalah contoh hidup dari apa yang terjadi saat realitas pribadi bersinggungan dengan selera publik yang cepat panas.

Entah nanti dia akan klarifikasi atau tidak, satu hal yang tak bisa dibantah: ketika publik ikut campur soal urusan pribadi, panggung bukan lagi soal musik, tapi siapa yang mengendalikan cerita.


toprankmedia.id selalu hadir memberikan berita VIRAL, informasi terupdate, dan ulasan terpercaya seputar TOP 10 Brand yang relevan dengan kehidupan Anda. Ikuti selalu update terbaru dari kami, karena kami hadir untuk membuat Anda selalu #UpToDate.

Exit mobile version