Di tengah hiruk-pikuk berita politik dan isu sosial yang sering kali penuh drama, hadirlah secercah kabar yang tidak hanya menyegarkan, tapi juga menampar nalar kita soal arti kepemimpinan: seorang pemuda 19 tahun, bernama Sahdan Arya Maulana, menjabat sebagai Ketua RT dan menolak amplop uang dari tokoh besar sekelas Kang Dedi Mulyadi (KDM). Bukan karena tidak butuh dana. Bukan pula karena sedang ingin viral. Tapi karena Arya sedang memperlihatkan satu hal penting yang jarang dimiliki pejabat sekalipun: integritas.
Daftar Isi
Sahdan Arya Maulana, Gen Z yang Inspiratif
Di usia yang bahkan belum genap dua dekade, Arya dipercaya menjadi Ketua RT 007 RW 008 di Kelurahan Rawa Badak Selatan, Koja, Jakarta Utara.
Ia tidak hanya menang dalam voting, tapi menang telak 126 suara versus 17 suara pesaingnya. Itu artinya, Arya bukan dipilih karena usia mudanya, tapi karena warga percaya ia bisa diandalkan.
Menariknya lagi, Arya tidak sendirian. Dilansir dari laman resmi kompas.id, Sahdan Arya Maulana membentuk “trio pemuda pelayanan publik” bersama dua temannya: Vemmas Wahyu Rianto (20 tahun, Sekretaris RT) dan Riski Saputra (21 tahun, Bendahara).
Bayangkan, tiga sekawan ini memimpin lebih dari 150 kepala keluarga, setara dengan 750 jiwa. Di tangan mereka, wajah kepemimpinan lingkungan tidak lagi identik dengan uban dan pensiunan.
Bukan Sekadar RT, Tapi Mesin Inisiatif
Sambil kuliah di semester 4 Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sahdan Arya Maulana ini tetap aktif mengurusi kebutuhan warga. Ia bahkan sempat menggeser jadwal perbaikan jalan karena sebuah truk terguling akibat kondisi jalan rusak.
Dan hebatnya, perbaikan itu tidak pakai APBD, tidak pakai proposal ribet ke dinas, tapi swadaya murni warga.
Sahdan Arya Maulana sebagai Ketua RT yang Gen Z ini berhasil mengumpulkan dana Rp 20 juta, hasil dari gotong royong dan dana operasional RT yang selama ini tidak disentuh.
Bagu Arya, “kalau bukan kita, siapa lagi?” bukan sekadar kutipan motivasi, tapi prinsip kerja.
Semua programnya dirancang menyentuh langsung kebutuhan warga, seperti:
-
Pengecoran jalan 100 meter
-
Bantuan sembako menjelang Ramadan
-
Kurban saat Idul Adha
-
Bantuan tunai bagi warga yang sakit atau meninggal
-
Iuran warga? Hanya Rp 10.000 per bulan, dan itu 100% untuk sosial, bukan untuk pengurus RT makan-makan.
Baca Juga: Dari Sungai ke Dunia Maya, Pacu Jalur Riau Viral karena Aura Farming
Momen Viral: Sahdan Arya Maulana Tolak Amplop Gubernur
Ya! Kita sudah sering lihat pejabat menyambut amplop tebal dengan senyum lebar. Tapi tidak dengan Arya. Saat bertemu KDM (Kang Dedi Mulyadi), sosok Sahdan Arya Maulana menolak amplop yang diberikan dengan dalih bantuan operasional.
“Nggak Pak, saya kesini cuma mau ngobrol dengan bapak-saya kesini ikhlas” ujar Arya dalam video yang kemudian viral di kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel. Meski disebut “honorarium”, Arya tetap menolak dengan tenang tapi tegas.
Ia merasa cukup, karena sudah didukung penuh oleh Wali Kota Jakarta Utara.
Reaksi KDM? “Keren, dong!” ujarnya. KDM sendiri mengaku jarang melihat anak muda seperti Arya yang punya visi, punya integritas, dan tidak silau pada rezeki meski halal.
Arya tidak memimpin dari atas podium. Ia turun ke jalan, menyapu, bantu warga yang sedang kesulitan, bahkan aktif mengajak warga bermusyawarah sebelum mengambil keputusan. Ini bukan gaya populis, tapi gaya pemimpin yang paham bahwa kepercayaan dibangun dari aksi, bukan orasi.
Warga pun menyambutnya dengan hangat. Masih dilansir dari kompas.id, Herlina (52 tahun) menyebut Arya sebagai anak muda langka yang mau repot urus masyarakat.
Sementara Nur Hidayah (42 tahun) menyebut kehadiran Arya sebagai angin segar yang mendorong anak muda lain untuk ikut terlibat dalam kegiatan lingkungan. “Biasanya RT itu senior, tapi ternyata anak muda juga bisa kerja cepat dan mau turun tangan,” katanya.
Baca Juga: Uniknya Pernikahan Anak Dedi Mulyadi dengan Mahar Serba Angka 9
Bukan Akhir, Tapi Awal Langkah Panjang
Sahdan Arya Maulana punya mimpi besar: jadi Gubernur DKI Jakarta suatu hari nanti. Tapi, lihat bagaimana ia memulainya.
Dari jalan sempit di tengah kampung, dari iuran kecil warga, dari penolakan terhadap uang yang bahkan disebut “bantuan.”
Dalam lanskap kepemimpinan yang sering kali penuh basa-basi, Arya dan Tim hadir seperti secangkir kopi pahit yang menyegarkan—tidak manis, tapi jujur.
Kisah Sahdan Arya Maulana bukan sekadar kisah anak muda jadi Ketua RT. Ini adalah narasi kebangkitan integritas di tengah budaya kompromi. Saat banyak orang tua berguru soal moralitas kepada buku, anak muda satu ini justru mengajarkannya lewat tindakan.
Dan, mungkin… kita tak butuh pemimpin yang sempurna. Kita hanya butuh lebih banyak sosok Arya dan timnya hari ini.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat 4 Member No Na Girl Group Asal Indonesia yang Sedang Bersinar
toprankmedia.id selalu hadir memberikan berita VIRAL, informasi terupdate, dan ulasan terpercaya seputar TOP 10 Brand yang relevan dengan kehidupan Anda. Ikuti selalu update terbaru dari kami, karena kami hadir untuk membuat Anda selalu #UpToDate.