Belakangan ini fenomena “Aura Farming” di ajang Pacu Jalur Kuantan Singingi menjadi perbincangan hangat di media sosial. Video sang bocah dengan gerakan tari yang luwes, penuh ekspresi, dan percaya diri, tersebar luas di media sosial dan memancing reaksi ribuan netizen.
Banyak yang menyebut bocah tersebut memiliki pancaran “aura” yang kuat, bahkan menjulukinya sebagai representasi dari tren “aura farming” istilah yang kini ramai digunakan di platform seperti TikTok dan X (dulu Twitter).
Fenomena ini memantik diskusi lebih luas. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan “aura farming”? Apakah sekadar istilah lucu khas warganet, atau mengandung makna tentang cara seseorang menampilkan pesona dan kharisma secara alami di depan publik?
Daftar Isi
Mengenal Aura Farming
Belakangan ini, istilah aura farming ramai dibicarakan di media sosial. Meski bukan istilah resmi dalam ranah psikologi atau ilmu budaya, konsep ini telah menjadi bagian dari tren pengembangan diri yang populer di kalangan anak muda digital.
Secara sederhana, aura farming merujuk pada upaya sadar dan konsisten untuk membentuk citra diri yang lebih percaya diri, karismatik, dan positif di mata orang lain. Tak melulu soal penampilan, tren ini juga mencakup pembenahan sikap dan gestur sehari-hari, mulai dari memperbaiki postur tubuh, cara melangkah, hingga intonasi saat berbicara.
Lebih dari sekadar tampil menarik secara visual, aura farming bertujuan memancarkan energi positif dan inner confidence. Banyak generasi muda menganggapnya sebagai proyek pribadi untuk meningkatkan kualitas diri, baik dari aspek fisik maupun mental. Dengan kata lain, ini adalah cara baru untuk tampil “berisi” bukan hanya secara estetika, tetapi juga dalam pembawaan dan interaksi sosial.
Fenomena ini mencerminkan meningkatnya kesadaran akan pentingnya self-image dan bagaimana seseorang ingin dikenali di lingkungan sosial maupun digital.
Awal Mula Viral “Aura Farming” Tarian Anak Pacu Jalur
Fenomena aura farming mendadak menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah video seorang anak laki-laki yang menari energik di atas perahu Pacu Jalur mencuri perhatian publik. Dalam rekaman yang viral di TikTok dan platform X, bocah tersebut terlihat menari penuh semangat untuk membakar motivasi para pendayung, lengkap dengan ekspresi dan gerakan yang memikat.
Unggahan ini memicu gelombang respons dari warganet yang menjulukinya sebagai “bocah aura farming 100/10”, sebuah istilah yang biasa dipakai untuk menggambarkan seseorang yang memancarkan daya tarik dan kepercayaan diri tinggi.
Padahal, di balik penampilan menghibur itu, sang anak sebenarnya memerankan peran tradisional sebagai Penari Coki, sosok penting dalam prosesi Pacu Jalur yang bertugas memberi semangat kepada tim pendayung.
Peran Penari Coki bukanlah tambahan modern atau bentuk hiburan semata, melainkan bagian dari adat Minangkabau yang telah diwariskan selama berabad-abad. Di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, peran ini tetap dijaga dalam setiap perhelatan Pacu Jalur, lomba perahu tradisional yang menjadi ikon kebudayaan daerah.
Tren ini memberikan dampak positif terhadap eksistensi Pacu Jalur. Banyak netizen dari berbagai wilayah, bahkan dari luar negeri, mengungkapkan minat untuk datang langsung menyaksikan festival budaya tersebut. Popularitas yang melonjak di media sosial membuka peluang besar bagi promosi pariwisata dan ekonomi lokal, sekaligus memperluas jangkauan budaya Melayu ke tingkat global.
Namun, di tengah antusiasme itu, muncul pula kekhawatiran dari sejumlah pihak. Fokus yang berlebihan terhadap aura farming dinilai berisiko menggeser makna asli Pacu Jalur sebagai warisan budaya. Beberapa tokoh adat dan pegiat budaya mengingatkan bahwa Pacu Jalur bukan sekadar ajang viral. Melainkan simbol kekompakan, semangat gotong royong, dan kebanggaan masyarakat Melayu Rantau Kuantan.
Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi pun mulai mengambil langkah konkret. Infrastruktur di sekitar Sungai Kuantan ditingkatkan untuk mendukung lonjakan pengunjung, sambil tetap menekankan aspek pelestarian budaya. Edukasi tentang sejarah dan filosofi Pacu Jalur juga digencarkan, terutama kepada generasi muda agar mereka memahami nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi tersebut.
Fenomena aura farming di Pacu Jalur menjadi bukti bahwa budaya lokal bisa bersanding dengan arus digital jika dikelola secara bijak. Viral bukan berarti kehilangan makna, justru bisa menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke dunia. Dengan pendekatan yang seimbang antara pelestarian dan promosi. Pacu Jalur berpeluang besar menjadi kebanggaan Riau dan salah satu destinasi budaya unggulan di Nusantara.
Viral di Media Sosial, Pacu Jalur Jadi Momentum Promosi Budaya
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menilai viralnya tradisi Pacu Jalur di media sosial sebagai peluang emas untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke tingkat global. Ia menyebut momen ini sebagai titik balik penting dalam upaya pelestarian dan promosi budaya daerah di tengah derasnya arus digital.
“Pacu Jalur adalah salah satu warisan budaya yang telah hidup puluhan tahun dan tetap menarik perhatian. Aksi spontan anak-anak yang menari untuk menyemangati pendayung menjadi daya tarik tersendiri. Inilah saat yang tepat untuk kembali mengangkat dan mengarusutamakan tradisi semacam ini,” ujar Fadli Zon dalam pernyataan resminya.
Menurut Fadli, besarnya perhatian publik terhadap Pacu Jalur menunjukkan bahwa budaya lokal masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Bahkan di era media sosial yang serba cepat dan visual. Ia menilai antusiasme ini merupakan bukti nyata bahwa nilai-nilai tradisional tetap relevan dan mampu bersaing dengan konten digital modern.
Pacu Jalur sendiri merupakan ajang lomba perahu tradisional yang digelar setiap bulan Agustus di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Uniknya, perahu yang digunakan dibuat dari satu batang pohon besar dan dikayuh secara serempak oleh puluhan pendayung. Lebih dari sekadar kompetisi olahraga, Pacu Jalur merepresentasikan semangat gotong royong, kekompakan, dan kekuatan kolektif masyarakat.
Fadli menambahkan, Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan-kegiatan budaya daerah melalui program pembinaan, fasilitasi, hingga promosi lintas media. Kegiatan seperti Pacu Jalur yang telah menjadi agenda tahunan masyarakat dinilai layak mendapat perhatian nasional, bahkan internasional.
Ia berharap, kehadiran Pacu Jalur di ranah digital tidak hanya menjadikannya konten viral. Tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya menjaga akar budaya bangsa. “Ini bukan sekadar tontonan, tapi representasi dari identitas dan nilai-nilai luhur masyarakat kita. Sudah saatnya kita mengangkatnya ke panggung yang lebih luas,” tutupnya.
Pacu Jalur Resmi Masuk Agenda Karisma Event Nusantara 2025
Tradisi budaya Pacu Jalur dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, resmi masuk dalam daftar Karisma Event Nusantara (KEN) 2025. Yaitu program strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang bertujuan mengangkat event-event daerah yang memiliki daya tarik budaya tinggi dan potensi ekonomi.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Widiyanti Putri Wardhana, menegaskan bahwa dukungan terhadap Pacu Jalur telah diberikan jauh sebelum momen viral di media sosial. “Pacu Jalur sudah menjadi bagian dari KEN sejak beberapa tahun lalu. Jadi keliru jika ada anggapan kami baru bergerak setelah viral. Dukungan sudah berjalan sejak 2022,” ujarnya seperti dikutip dari Antara, Kamis (17/7/2025).
Dalam agenda KEN 2025, Pacu Jalur menjadi satu dari empat event unggulan asal Riau yang terpilih. Yaitu bersama Festival Bakar Tongkang, Bekudo Bono, dan Kenduri Rakyat. Masuknya Pacu Jalur dalam daftar ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut telah melewati proses kurasi ketat dan dinilai layak mendapat dukungan nasional baik dari sisi promosi maupun pengembangan infrastruktur pariwisata.
Widiyanti menyampaikan bahwa promosi Pacu Jalur akan digencarkan melalui berbagai kanal branding Kemenparekraf seperti Wonderful Indonesia, Pesona Indonesia. Hingga kampanye media sosial berbasis tren seperti “aura farming” yang sempat mencuat di tengah masyarakat digital. “Dengan masuknya Pacu Jalur ke KEN, maka event ini secara resmi mendapat dukungan promosi dan insentif dari pemerintah pusat,” jelasnya.
Tak hanya berfungsi sebagai ajang pelestarian budaya, Pacu Jalur juga dinilai memiliki potensi ekonomi yang signifikan. Dinas Pariwisata Riau memperkirakan akan terjadi lonjakan jumlah wisatawan hingga 30 persen dibanding tahun sebelumnya. Menyusul perhatian nasional dan internasional terhadap festival ini.
Secara keseluruhan, KEN 2025 menetapkan 110 event dari seluruh Indonesia sebagai bagian dari program unggulan tahunan. Penetapan dilakukan melalui Keputusan Menteri Pariwisata Nomor SK/13/HK.01.02/MP/2025 setelah melalui proses seleksi ketat terhadap ratusan usulan acara dari 38 provinsi. Proses kurasi mempertimbangkan kualitas penyelenggaraan, orisinalitas, potensi ekonomi, hingga dampaknya terhadap pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif daerah.
Jawa Timur tercatat sebagai provinsi dengan jumlah event terbanyak dalam KEN 2025, yakni 11 festival. Disusul Sumatera Barat dengan 9 kegiatan, dan Bali dengan 7 acara unggulan.
Dengan masuknya Pacu Jalur dalam program Karisma Event Nusantara 2025, diharapkan warisan budaya masyarakat Melayu ini tidak hanya menjadi kebanggaan lokal. Tetapi juga simbol kekuatan pariwisata berbasis budaya yang mampu bersaing di kancah nasional dan internasional.
toprankmedia.id selalu hadir memberikan berita VIRAL, informasi terupdate, dan ulasan terpercaya seputar TOP 10 Brand yang relevan dengan kehidupan Anda. Ikuti selalu update terbaru dari kami, karena kami hadir untuk membuat Anda selalu #UpToDate.