Pernikahan Anak Dedi Mulyadi – Nuansa haru dan kegembiraan mewarnai Pendopo Garut pada Rabu (16/7/2025), saat Maulana Akbar Ahmad Habibie, putra dari Gubernur Jawa Barat sekaligus mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, melangsungkan akad nikah dengan Wakil Bupati Garut, Luthfianisa Putri Karlina.
Prosesi akad yang dilangsungkan dengan adat Sunda itu berlangsung khidmat dan sarat makna. Kehadiran ratusan warga yang memadati area pendopo turut menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap peristiwa sakral ini. Momen pernikahan dua figur publik ini tak hanya menjadi sorotan di lingkungan pemerintahan daerah, tetapi juga ramai dibicarakan warganet.
Salah satu hal yang menarik perhatian adalah mas kawin yang diberikan Maulana kepada Luthfianisa. Tak sedikit pengguna media sosial yang membagikan ulang potongan video dan foto momen tersebut, lengkap dengan ungkapan kagum atas nilai simbolis dari mahar yang diberikan.
Daftar Isi
Profil Maula Akbar
Maula Akbar Mulyadi Putra lahir di Bandung pada 4 November 1999. Ia merupakan anak dari tokoh politik Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dan mendiang Sri Muliawati. Tak lama setelah dilahirkan, tepatnya saat Maula masih berusia tiga bulan, sang ibu wafat.
Di usia empat tahun, Maula menyaksikan ayahnya membina rumah tangga baru bersama Anne Ratna Mustika. Dari pernikahan tersebut, Maula kemudian memiliki dua orang saudara tiri yang menambah warna dalam kehidupannya.
Menempuh pendidikan tinggi di bidang ilmu politik, Maula akhirnya berhasil meraih gelar sarjana. Mengikuti jejak sang ayah, ia memilih terjun ke dunia politik. Pada Pemilu 2024, Maula berhasil lolos sebagai anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Partai Gerindra untuk periode 2024–2029. Ia pun diberi amanah untuk bertugas di Komisi 5 yang membidangi urusan kesejahteraan rakyat.
Kisah asmaranya dengan Luthfianisa Putri Karlina dimulai dari pertemuan intens saat Putri aktif mendampingi kampanye Dedi Mulyadi dalam pencalonan Gubernur Jawa Barat. Kebersamaan yang terjalin selama masa kampanye itu menumbuhkan kedekatan di antara mereka.
Meski belum lama menjalin hubungan, Maula mantap mengajak Putri untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Momen lamarannya berlangsung unik dan penuh kejutan, yakni ketika keduanya tengah menyaksikan pertandingan Persib Bandung di stadion. Di hadapan ribuan penonton, Maula berlutut dan menyodorkan cincin sebagai tanda keseriusannya. Putri pun menerima pinangan tersebut dan segera memberitahu kedua orang tua mereka.
Luthfianisa Putri Karlina sendiri bukan sosok yang asing di dunia publik. Ia menjabat sebagai Wakil Bupati Garut dan merupakan anak sulung dari Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. H. Karyoto. Namanya pernah mencuat di media setelah menegur sejumlah ormas yang melakukan razia saat bulan Ramadhan. Putri menekankan pentingnya menjaga ketertiban tanpa mengintimidasi, dan berharap praktik razia semacam itu tidak lagi terjadi di wilayahnya.
Mahar Unik di Pernikahan Anak Dedi Mulyadi yang Serba 9
Salah satu hal yang unik di pernikahan anak Dedi Mulyadi bukan hanya karena nuansa adat Sunda yang kental, tetapi juga karena mahar yang diberikan memiliki filosofi mendalam. Tak seperti mahar pada umumnya, Maula memberikan serangkaian simbol kehidupan berupa hasil bumi dan ternak khas Pasundan, semuanya dalam jumlah 9, yang sarat makna filosofis.
Dedi Mulyadi, yang hadir langsung mendampingi putranya, menjelaskan bahwa pemilihan jenis dan jumlah mahar tidak dilakukan sembarangan. “Perkawinan itu kan proses pembenihan,” ujarnya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu. Menurutnya, mahar berupa benih dan hewan ternak merupakan simbol dari awal mula kehidupan yang berkelanjutan.
“Menikah itu bukan hanya seremoni, tapi tentang membangun siklus kehidupan. Maka dari itu, kami siapkan benih sapi, benih domba, benih ikan, padi, pohon, dan kayu. Itu semua lambang dari harapan akan keluarga yang tumbuh dan memberi manfaat bagi sekitarnya,” jelas Dedi.
Rincian mahar yang diberikan Maula meliputi 9 ekor sapi, 9 ekor domba, 9 ekor ayam pelung, 9 jenis ikan mas, 9 tanggungan ikan gurame, dan 9 ayakan tradisional. Selain itu, terdapat 9 jenis padi lokal khas Sunda, 90 jenis pohon dan benih kayu, serta 90 gram logam mulia.
Angka sembilan dipilih karena memiliki makna khusus dalam pandangan budaya Jawa dan Sunda. Dedi menyebut angka sembilan sebagai lambang kesempurnaan dan puncak pencapaian. “Sembilan itu angka tertinggi. Sepuluh bukan angka murni, karena itu satu dan nol, kembali ke satu. Jadi sembilan itu istimewa,” ungkapnya.
Seluruh unsur mahar merupakan hasil bumi dan ternak dari tanah Pasundan, sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan akar budaya lokal. Bagi Dedi, pernikahan bukan sekadar menyatukan dua insan, melainkan juga momentum untuk kembali menghidupkan kearifan lokal yang menjunjung keselarasan antara manusia dan lingkungan.
Acara sakral ini berlangsung secara khidmat dan penuh haru, dengan prosesi adat Sunda yang kuat. Sejumlah tokoh masyarakat, kerabat, dan pejabat dari wilayah Jawa Barat dan Jakarta turut hadir memberikan doa restu bagi pasangan muda ini.
Dedi berharap pernikahan Maula dan Luthfianisa Putri Karlina tak hanya menjadi awal bahagia bagi mereka berdua, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda. Ia mendorong anak-anak muda untuk melihat pernikahan sebagai proses membangun kehidupan, bukan sekadar upacara, serta pentingnya menjaga tradisi dan keharmonisan dengan alam.
Permintaan Khusus Putri Karlina Jelang Pernikahan
Menjelang hari bahagianya bersama Maula Akbar, Wakil Bupati Garut Luthfianisa Putri Karlina menyampaikan permintaan khusus yang mencerminkan kepeduliannya terhadap lingkungan. Alih-alih menerima ucapan selamat dalam bentuk papan bunga seperti lazimnya, Putri menghimbau agar masyarakat dan para tamu menggantinya dengan bibit pohon.
“Sebagai simbol cinta terhadap kelestarian alam, kami mohon agar papan bunga diganti dengan satu bibit pohon saja,” ujar Putri, dikutip dari TribunJabar.id, Sabtu (12/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa bibit-bibit pohon yang dikumpulkan akan ditanam di lokasi yang sedang disiapkan sebagai kawasan hijau baru di Kabupaten Garut. Salah satu titik yang akan dikembangkan berada di sekitar aliran Sungai Cimanuk, Tarogong Kidul.
Tak hanya menjadi simbol pernikahan, gerakan ini juga sejalan dengan program lingkungan Pemerintah Kabupaten Garut. Putri menyebut, bibit yang terkumpul akan menjadi bagian dari proyek Leuweung Panganten atau Hutan Pengantin, sebuah kawasan hijau yang ditujukan untuk memperluas ruang terbuka hijau di Garut.
“Nanti penanamannya akan dilakukan oleh kami. Ini bagian dari rencana besar Pemkab untuk menciptakan ruang hijau baru, yang kami beri nama Leuweung Panganten,” jelasnya.
Putri Karlina berharap langkah simbolis ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat, bahwa momentum bahagia seperti pernikahan juga bisa menjadi titik awal kontribusi nyata bagi bumi.
5 Gaya Unik di Pernikahan Maula Akbar dan Putri Karlina
Pernikahan anak Dedi Mulyadi berlangsung dengan nuansa adat Sunda yang kental namun dikemas dalam gaya yang elegan dan kekinian. Berikut lima elemen busana yang mencuri perhatian dalam momen sakral tersebut:
1. Totopong
Saat prosesi akad nikah, Maula Akbar mengenakan totopong, ikat kepala tradisional Sunda yang sarat makna filosofis. Totopong berwarna cokelat ini terbuat dari kain batik yang dilipat rapi dan dikenakan di kepala. Dalam budaya Sunda, totopong melambangkan kehormatan dan kebijaksanaan seorang pria, serta kesiapan untuk menjadi pemimpin dalam keluarga.
2. Beskap Krem
Sebagai pasangan dari busana adatnya, Maula tampil dengan beskap berwarna krem pucat yang telah dimodifikasi dengan potongan ramping dan detail minimalis. Meski modern, unsur tradisional seperti kerah tegak khas beskap tetap dipertahankan. Kehadiran dasi kupu-kupu menambahkan sentuhan formal yang memperkuat kesan elegan tanpa meninggalkan akar budaya.
3. Kebaya Klasik Nan Anggun
Sementara itu, Putri Karlina tampil mempesona dengan kebaya klasik bergaya Kartini yang dipercantik dengan bordir halus di bagian lengan dan torso. Potongan kebaya tersebut memberikan siluet anggun dan lembut yang memperkuat aura keanggunan sang mempelai perempuan, sekaligus menunjukkan citra perempuan Sunda yang santun dan kuat.
4. Ronce Melati yang Penuh Makna
Dalam balutan hijab yang rapi, Putri tetap menghadirkan elemen adat melalui hiasan ronce bunga melati yang menjuntai dari kepala ke bahu. Ronce melati dalam budaya Sunda melambangkan kesucian, nama baik yang harum, serta harapan akan cinta yang langgeng. Penataan ronce ini menggantikan fungsi sanggul namun tetap menyatu harmonis dengan tampilan hijab modernnya.
5. Kain Batik
Momen akad nikah juga dimeriahkan dengan keserasian batik yang dikenakan oleh kedua mempelai. Baik Maula maupun Putri memilih kain batik cokelat dengan motif yang sama, memperkuat kesan kompak dan harmonis sebagai pasangan baru. Kehadiran batik tidak hanya mempercantik tampilan, tetapi juga menguatkan identitas budaya yang mereka junjung tinggi.
toprankmedia.id selalu hadir memberikan berita VIRAL, informasi terupdate, dan ulasan terpercaya seputar TOP 10 Brand yang relevan dengan kehidupan Anda. Ikuti selalu update terbaru dari kami, karena kami hadir untuk membuat Anda selalu #UpToDate.